Jumat, 20 Mei 2011

Chartered IT Professional

Chartered Profesional IT (Chartered Teknologi Informasi Profesional) dilambangkan dengan CITP adalah sertifikasi profesional yang diberikan di bawah Royal Charter untuk profesional TI yang telah memenuhi kriteria dan ditetapkan oleh British Computer Society (BCS), yang merupakan badan profesional untuk TI di Amerika. Untuk mendapatkan penghargaan ini orang tersebut harus memenuhi kriteria dan persyaratan yang telah ditentukan. Biasanya, harus memiliki minimal 10 tahun pengalaman profesional di IT, dengan bukti pengalaman pada tingkat Senior (5) Dalam Rangka Keterampilan untuk Era Informasi (SFIA), telah lulus kompetensi profesional pemeriksaan dan berhasil menyelesaikan penilaian keterampilan wawancara dengan dua penilai BCS.

untuk
mendapatkan penghargaan, kualifikasi formal tertentu dapat dikreditkan dan kebutuhan pengalaman dikurangi. Untuk pemohon yang memegang gelar kehormatan terakreditasi di TI, persyaratan pengalaman dapat dikurangi menjadi 5 tahun. Untuk pemegang non-IT, atau pemegang TI kualifikasi di HNC atau tingkat HND, porsi kredit yang diberikan kurang, dan pemegang gelar biasa dalam subjek non-TI masih harus memiliki 9 tahun pengalaman kerja yang relevan.

Ketika penghargaan ini telah diberikan oleh Dewan British Computer Society, penerima berhak menggunakan huruf CITP setelah nama mereka. Dalam rangka mempertahankan penghargaan ini, harus dibuktikan
dengan CPD.

Di Inggris, kriteria dan persyaratan harus disetujui oleh Dewan Penasihat dan dengan demikian sebutan CITP adalah setara dengan kualifikasi di bidang lain (seperti kualifikasi Chartered Accountant diberikan oleh ICAE)

Rabu, 20 April 2011

Manusia dan kasih sayang


Kasih sayang, dan cinta merupakan milik semua orang. Manifestasi dari kasih sayang dan cinta dapat menciptakan suasana yang damai dan tenteram. Karena setiap individu menyadari bahwa makna yang paling hakiki adalah rasa kasih sayang dan cinta. Dengan kasih sayang kita akan selalu menghargai karya orang lain.
Kasih sayang sebenarnya adalah sebuah ungkapan perasaan dari setiap mahluk hidup yang dituangkan kepada sebuah objek atau orang-orang terkasih diseklilingnya. Seperti halnya seorang seniman, biasanya seorang seniman lebih sering meluapkan prasaannya dalam sebuah karya seni, baik itu seni music, seni gerak, seni lukis, seni sastra, seni rupa dan lain-lain. Oleh karena itu persaan kasih sayang sangat begitu erat hubungannya dengan manusia karena di dalam diri setia manusia pasti memiliki sifat atau perasaan kasih dan sayang.
Menurut Baumrind (1967), terdapat 4 macam pola asuh orang tua:
1. Pola asuh Demokratis
2. Pola asuh Otoriter
3. Pola asuh Permisif
4. Pola asuh Penelantar.

Pola asuh Demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.

Pola asuh otoriter sebaliknya cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Misalnya, kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak bicara. Orang tua tipe ini juga cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi, dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya.

Pola asuh Permisif atau pemanja biasanya memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun, orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat sehingga seringkali disukai oleh anak.

Pola asuh tipe yang terakhir adalah tipe Penelantar (neglected). Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala biaya pun dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya.

CONTOH KASIH SAYANG
  • Seperti ibu yang setia merawat anaknya pada saat sakit
  • Kakak yan membantu pada saat adiknya keslitan
  • Kawan yang selalu setia susah maupun senang
  • Pasangan yang selalu setia mendampngin
  • Guru yang sabar mengajari muridnya\

Tari Gandrung

Kata ""Gandrung"" diartikan sebagai terpesonanya masyarakat Blambangan yang agraris kepada Dewi Sri sebagai Dewi Padi yang membawa kesejahteraan bagi masyarakat
Tarian Gandrung Banyuwangi dibawakan sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat setiap habis panen.. Kesenian ini masih satu genre dengan seperti Ketuk Tilu di Jawa Barat, Tayub di Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian barat, Lengger di wilayah Banyumas dan Joged Bumbung di Bali, dengan melibatkan seorang wanita penari profesional yang menari bersama-sama tamu (terutama pria) dengan iringan musik (gamelan).[rujukan?]Gandrung merupakan seni pertunjukan yang disajikan dengan iringan musik khas perpaduan budaya Jawa dan Bali.[rujukan?] Tarian dilakukan dalam bentuk berpasangan antara perempuan (penari gandrung) dan laki-laki (pemaju) yang dikenal dengan "paju"
Bentuk kesenian yang didominasi tarian dengan orkestrasi khas ini populer di wilayah Banyuwangi yang terletak di ujung timur Pulau Jawa, dan telah menjadi ciri khas dari wilayah tersebut, hingga tak salah jika Banyuwangi selalu diidentikkan dengan gandrung. Kenyataannya, Banyuwangi sering dijuluki Kota Gandrung dan patung penari gandrung dapat dijumpai di berbagai sudut wilayah Banyuwangi.
Gandrung sering dipentaskan pada berbagai acara, seperti perkawinan, pethik laut, khitanan, tujuh belasan dan acara-acara resmi maupun tak resmi lainnya baik di Banyuwangi maupun wilayah lainnya. Menurut kebiasaan, pertunjukan lengkapnya dimulai sejak sekitar pukul 21.00 dan berakhir hingga menjelang subuh (sekitar pukul 04.00)
SEJARAH
Menurut catatan sejarah, gandrung pertama kalinya ditarikan oleh para lelaki yang didandani seperti perempuan dan, menurut laporan Scholte (1927), instrumen utama yang mengiringi tarian gandrung lanang ini adalah kendang. Pada saat itu, biola telah digunakan. Namun demikian, gandrung laki-laki ini lambat laun lenyap dari Banyuwangi sekitar tahun 1890an, yang diduga karena ajaran Islam melarang segala bentuk transvestisme atau berdandan seperti perempuan. Namun, tari gandrung laki-laki baru benar-benar lenyap pada tahun 1914, setelah kematian penari terakhirnya, yakni Marsan.
Menurut sejumlah sumber, kelahiran Gandrungditujukan untuk menghibur para pembabat hutan, mengiringi upacara minta selamat, berkaitan dengan pembabatan hutan yang angker.
Gandrung wanita pertama yang dikenal dalam sejarah adalah gandrung Semi, seorang anak kecil yang waktu itu masih berusia sepuluh tahun pada tahun 1895. Menurut cerita yang dipercaya, waktu itu Semi menderita penyakit yang cukup parah. Segala cara sudah dilakukan hingga ke dukun, namun Semi tak juga kunjung sembuh. Sehingga ibu Semi (Mak Midhah) bernazar seperti “Kadhung sira waras, sun dhadekaken Seblang, kadhung sing yo sing” (Bila kamu sembuh, saya jadikan kamu Seblang, kalau tidak ya tidak jadi). Ternyata, akhirnya Semi sembuh dan dijadikan seblang sekaligus memulai babak baru dengan ditarikannya gandrung oleh wanita.
Tradisi gandrung yang dilakukan Semi ini kemudian diikuti oleh adik-adik perempuannya dengan menggunakan nama depan Gandrung sebagai nama panggungnya. Kesenian ini kemudian terus berkembang di seantero Banyuwangi dan menjadi ikon khas setempat. Pada mulanya gandrung hanya boleh ditarikan oleh para keturunan penari gandrung sebelumnya, namun sejak tahun 1970-an mulai banyak gadis-gadis muda yang bukan keturunan gandrung yang mempelajari tarian ini dan menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian di samping mempertahankan eksistensinya yang makin terdesak sejak akhir abad ke-20
Tata Busana
Tata busana penari Gandrung Banyuwangi khas, dan berbeda dengan tarian bagian Jawa lain. Ada pengaruh Bali (Kerajaaan Blambangan) yang tampak.
Bagian Tubuh
Busana untuk tubuh terdiri dari baju yang terbuat dari beludru berwarna hitam, dihias dengan ornamen kuning emas, serta manik-manik yang mengkilat dan berbentuk leher botol yang melilit leher hingga dada, sedang bagian pundak dan separuh punggung dibiarkan terbuka. Di bagian leher tersebut dipasang ilat-ilatan yang menutup tengah dada dan sebagai penghias bagian atas. Pada bagian lengan dihias masing-masing dengan satu buah kelat bahu dan bagian pinggang dihias dengan ikat pinggang dan sembong serta diberi hiasan kain berwarna-warni sebagai pemanisnya. Selendang selalu dikenakan di bahu.
Bagian Kepala
Kepala dipasangi hiasan serupa mahkota yang disebut omprok yang terbuat dari kulit kerbau yang disamak dan diberi ornamen berwarna emas dan merah serta diberi ornamen tokoh Antasena, putra Bima] yang berkepala manusia raksasa namun berbadan ular serta menutupi seluruh rambut penari gandrung. Pada masa lampau ornamen Antasena ini tidak melekat pada mahkota melainkan setengah terlepas seperti sayap burung. Sejak setelah tahun 1960-an, ornamen ekor Antasena ini kemudian dilekatkan pada omprok hingga menjadi yang sekarang ini.
Selanjutnya pada mahkota tersebut diberi ornamen berwarna perak yang berfungsi membuat wajah sang penari seolah bulat telur, serta ada tambahan ornamen bunga yang disebut cundhuk mentul di atasnya. Sering kali, bagian omprok ini dipasang hio yang pada gilirannya memberi kesan magis.
Bagian Bawah
Penari gandrung menggunakan kain batik dengan corak bermacam-macam. Namun corak batik yang paling banyak dipakai serta menjadi ciri khusus adalah batik dengan corak gajah oling, corak tumbuh-tumbuhan dengan belalai gajah pada dasar kain putih yang menjadi ciri khas Banyuwangi. Sebelum tahun 1930-an, penari gandrung tidak memakai kaus kaki, namun semenjak dekade tersebut penari gandrung selalu memakai kaus kaki putih dalam setiap pertunjukannya
Lain-lain
Pada masa lampau, penari gandrung biasanya membawa dua buah kipas untuk pertunjukannya. Namun kini penari gandrung hanya membawa satu buah kipas dan hanya untuk bagian-bagian tertentu dalam pertunjukannya, khususnya dalam bagian seblang subuh.
Music Pengiring
Musik pengiring untuk gandrung Banyuwangi terdiri dari satu buah kempul atau gong, satu buah kluncing (triangle), satu atau dua buah biola, dua buah kendhang, dan sepasang kethuk. Di samping itu, pertunjukan tidak lengkap jika tidak diiringi panjak atau kadang-kadang disebut pengudang (pemberi semangat) yang bertugas memberi semangat dan memberi efek kocak dalam setiap pertunjukan gandrung. Peran panjak dapat diambil oleh pemain kluncing.
Selain itu kadang-kadang diselingi dengan saron Bali, angklung, atau rebana sebagai bentuk kreasi dan diiringi electone
Tahapan-tahapan Pertunjukan
Pertunjukan Gandrung yang asli terbagi atas tiga bagian:
  • jejer
  • maju atau ngibing
  • seblang subuh
Jejer
Bagian ini merupakan pembuka seluruh pertunjukan gandrung. Pada bagian ini, penari menyanyikan beberapa lagu dan menari secara solo, tanpa tamu. Para tamu yang umumnya laki-laki hanya menyaksikan.
Maju
Setelah jejer selesai, maka sang penari mulai memberikan selendang-selendang untuk diberikan kepada tamu. Tamu-tamu pentinglah yang terlebih dahulu mendapat kesempatan menari bersama-sama. Biasanya para tamu terdiri dari empat orang, membentuk bujur sangkar dengan penari berada di tengah-tengah. Sang gandrung akan mendatangi para tamu yang menari dengannya satu persatu dengan gerakan-gerakan yang menggoda, dan itulah esensi dari tari gandrung, yakni tergila-gila atau hawa nafsu.
Setelah selesai, si penari akan mendatang rombongan penonton, dan meminta salah satu penonton untuk memilihkan lagu yang akan dibawakan. Acara ini diselang-seling antara maju dan repèn (nyanyian yang tidak ditarikan), dan berlangsung sepanjang malam hingga menjelang subuh. Kadang-kadang pertunjukan ini menghadapi kekacauan, yang disebabkan oleh para penonton yang menunggu giliran atau mabuk, sehingga perkelahian tak terelakkan lagi
Seblang Subuh
Bagian ini merupakan penutup dari seluruh rangkaian pertunjukan gandrung Banyuwangi. Setelah selesai melakukan maju dan beristirahat sejenak, dimulailah bagian seblang subuh. Dimulai dengan gerakan penari yang perlahan dan penuh penghayatan, kadang sambil membawa kipas yang dikibas-kibaskan menurut irama atau tanpa membawa kipas sama sekali sambil menyanyikan lagu-lagu bertema sedih seperti misalnya seblang lokento. Suasana mistis terasa pada saat bagian seblang subuh ini, karena masih terhubung erat dengan ritual seblang, suatu ritual penyembuhan atau penyucian dan masih dilakukan (meski sulit dijumpai) oleh penari-penari wanita usia lanjut. Pada masa sekarang ini, bagian seblang subuh kerap dihilangkan meskipun sebenarnya bagian ini menjadi penutup satu pertunjukan pentas gandrung.
Perkembangan Terakhir
Kesenian gandrung Banyuwangi masih tegar dalam menghadapi gempuran arus globalisasi, yang dipopulerkan melalui media elektronik dan media cetak. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi pun bahkan mulai mewajibkan setiap siswanya dari SD hingga SMA untuk mengikuti ekstrakurikuler kesenian Banyuwangi. Salah satu di antaranya diwajibkan mempelajari tari Jejer yang merupakan sempalan dari pertunjukan gandrung Banyuwangi. Itu merupakan salah satu wujud perhatian pemerintah setempat terhadap seni budaya lokal yang sebenarnya sudah mulai terdesak oleh pentas-pentas populer lain seperti dangdut dan campursari.
Sejak tahun 2000, antusiasme seniman-budayawan Dewan Kesenian Blambangan meningkat. Gandrung, dalam pandangan kelompok ini adalah kesenian yang mengandung nilai-nilai historis komunitas Using yang terus-menerus tertekan secara struktural maupun kultural. Dengan kata lain, Gandrung adalah bentuk perlawanan kebudayaan daerah masyarakat Using.[4]
Di sisi lain, penari gandrung tidak pernah lepas dari prasangka atau citra negatif di tengah masyarakat luas. Beberapa kelompok sosial tertentu, terutama kaum santri menilai bahwa penari Gandrung adalah perempuan yang berprofesi amat negatif dan mendapatkan perlakuan yang tidak pantas, tersudut, terpinggirkan dan bahkan terdiskriminasi dalam kehidupan sehari-hari[5].
Sejak Desember 200, Tari Gandrung resmi menjadi maskot pariwisata Banyuwangi yang disusul pematungan gandrung terpajang di berbagai sudut kota dan desa. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga memprakarsai promosi gandrung untuk dipentaskan di beberapa tempat seperti Surabaya , Jakarta , Hongkong, dan beberapa kota di Amerika Serika
Referensi
2.      ^ Novi Anoegrajekti.[rujukan?] "Penari Gandrung: Kontrol Agama, Masyarakat dan Kekuatan Pasar" dalam Merayakan Keberagaman, Jurnal Perempuan, Vol.54 tahun 2007. Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, hal.51
3.      ^ Antara lain, J.Scholte, Gandroeng van Banjoewangie, 1927; Paul A.Wolbers, Maintaining Using Identity, 1992, hal.89; "The Seblang and its music..." dalam "Performance in Java and Bali, 1993, hal.36; Fatrah Abal, "Seblang Lukento", makalah tidak diterbitkan, 2001; dan Hasnan Singodimayan, dkk., "Gandrung Banyuwangi", Banyuwangi: Dewan Kesenian Blambangan, 2003.
4.      ^ Lihat Singodimayan, dkk. Opcit., hal.60
5.      ^ Richard Schechner. 1985. Between Theatre and Anthropology. Phyladelphia: University of Pennsylvania Press, hal.125-126

Selasa, 19 April 2011

Manusia dan Harapan


Harapan dapat diartikan sebagai menginginkan sesuatu yang dipercayai dan dianggap benar dan jujur oleh setiap manusia sehingga bisa menjadi miliknya. Dalam hal ini, seorang manusia dan harapannya agar dapat dicapai, memerlukan kepercayaan kepada diri sendiri, kepercayaan kepada orang lain dan kepercayaan kepada Tuhan. Kepercayaan kepada diri sendiri dapat ditimbulkan dengan mulai memiliki konsepsi diri yang positif baik itu melalui fisik, cara berpikir dan jiwa yang akan membantu dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain ataupun bersosialisasi dengan orang lain sehingga terjalin secara positf dan berkesan dengan baik sehingga apa yang diharapkan dapat terwujud.

Adapun kepercayaan kepada orang lain bisa ditimbulkan dengan merasa pantang untuk melakukan kebodohan dan kecurangan ataupun perilaku korupsi sehingga orang lain merasa percaya dalam membebankan apa yang diamanatkannya dan itu merupakan sesuatu yang kita harapkan. Hal tersebut bisa disebut dengan relationship. Kepercayaan terhadap Tuhan dapat diwujudkan dengan menjalankan segala perintah yang disuruh-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya serta beribadah dan beramal sesuai dengan agama yang diyakini. Dalam hal ini pengertian ibadah secara luas dimana kesemua kegiatan berorientasi kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Setiap manusia mempunyai harapan.Manusia tanpa harapan ,berarti manusia itu mati dalam hidup.Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan,pengalaman,lingkungan hidup dan kemampuan masing-masing.Berhasil atau tidaknya suatu haarapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan.Harapan berdasarkan kepercayaan kepada diri sendiri maupun kepada Tuhan Yan Maha Esa,agar harapan bisa terwujud maka perlu usaha dengan sungguh-sungguh dan manusia wajib berdoa karena usaha dan doa merupakan saran terkabulnya harapan.
Menurut kodratnya manusia itu adalah makhluk social Tidak ada satu manusiapun yang luput dari pergaulan hidup.Ditengah-tengah manusia lain itulah seiorang dapat hidup dan berkembang baik secara fisik/jasmani maupun mental/spiritualnya.
Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi sehingga harapan berate sesuatu yang diinginkan dapt terjadi.Dengan demikian harapn menyangkut masa depan. Ada dua hal yang mendorong orang hidup bergaul dengan manusia lain ,yakni dorongan kodarat dan dorongan kebutuahn hidup.

 Doroangan Kodrat
Kodrat yaitu sifat,keadaan atau pembawaan alamiah yang sudah terjelmaq dalam diri manusia itu diciptakan oleh Tuhan,misalnya menangis,bergembira,berpikir,berkata,berjalan dan sebagainya.
Dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan,seperti halnya orang yang menonton pertunjukan lawak, sehingga pelawak juga mengharapkan agar penonton tertawa lepas.
Kodrat juga terdapat pada hewan dan tumbuh-tumbuhan karena mereka memperlukan makan,berkembanga biak dan mati,yang mirip dengan kodrat manusia ialah kodrat hewan walau bagaimanapun juga besar perbedaannya.Perbadaan antara kedau makhluk tiu ,ialah bahwa manusai memiliki budi dan kehendak.Budi ialah akal,kemampuan untuk memilih .Keuda hal tersebut tidak dapat dipisahkan sebab bila orang akan memilih ,ia harus mengetahui lebih dahulu barang yang dipilihnya,dengan budinya manusia dapat mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk,mana yang benaar dan mana yang tidak benar dan kehendaknya manusia dapat memilih.Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat,kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup bergaul,hidup bermasyarakat atau hidup bersama dengan manusaia lainnya. Dengan kodrat ini ,maka manusia mempunyai harapan.
 Doroangan Kebutuhan Hidup
Sudah kodrat pula bahwa manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan hidup .Kebutuhan hidup pada garis besarnya dapat dibedakan atas: kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Kebutuhan jasmani misalnya :makan,minum,sandang,pangan,dan papan,serta ketenangan,keberhasilan dan hiburan. Untuk memenuhi semua kebutuhan itu manusia bekerja keras sama dengan manusia lain hal ini disebabkan kemampuan manusia terbatas baik kemampuan fisik maupun kemampuan berpikirnya. Dengan adanya doroangan kodrat dan doroangan kebutuah hidup itu maka manusia mempunyai harapan .Pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut Abraham Maslow sesuai dengan kodratnya harapan manusia atau kebutuhan manusia ialah:
a) Kelangsugan hidup/survival
b) Keamanan/safety
c) Hak dan kewajiban mencintai dan dicintainya/be loving and love
d) Perwujudan cita-cita/self actualization

 Kepercayaan

Kepercayaan berasal dari kata percaya berarti mengakui atau menyakini akan kebenaran.Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran.
Ada jenis pengetahuan yang dimiliki seseoranga bukan karena merupakan hasil penyelidikan sendiri ,melainkna diterima dari oaring lain.Kebenaran pengetahuan yang didasarkan atas orang lainitu disebabkan karena orang lain dapat dipercaya,yang diselidki bukan lagi masalah melainkan orang yang memberitahukan itu dapat dipercaya atau tidak.Pengetahuan yang diterima dari orang lain atas kebiwaannya disebut kepercayaan.
Dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap diwahyukan artinya diberitahukan oleh Tuhan secara langsung atau tidak langsung kepada manusia.Kepercayaan dalam agama merupakan keyakinan yang paling besar.Dalam hal beragama tiap-tiap orang wajib menerima dan menghormati kepercayaan orang yang beragama itu. Dasarnya ialah keyakinan masing-masing.
 Kebenaran
Kebenaran atau benar sangat penting bagi manusia.Dalam tingkah laku ,ucapan,perbuatan manusia selalu berhati-hati agar merka tidak emnyimpang dari kebenaran.Manusia sadar ,bahwa ketidakbenaran dlaam bertindak,berucap maupun bertindak dapat menjatuhkan namanya seperti pribahasa yang mengatakan”sekali lancing ke ujian ,selama hidup orang tak percaya”,karena itu,wajarlah kalau ketidakbenaran dapat berakibat kegelisahan,ketidakpastian dan kedukaan.
Menurut Dr.Yuyun Suriasumantri dalam bukunya”Filsafat Ilmu”sebuah pengantar popular ada tiga teori kebenaran sebagai berikut:
1. Teori Konsistensi
Yaitu suatu pernyataan dianggpa benar bila pernyataan itu bersifat koherensi/konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar,contoh:setiap manusia akan mati
2. Teori Korespodensi
Yaitu suatu teori yang menjalankan bahwa suatu pernyatan benar bila materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorenponden/berhubungan dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut,contoh: Jakarta itu ibukota republic Indonesia.
3. Teori Pragmatis
Kebenaran suatu pernyataan diukur dengan criteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.

Dalam berbagai jenis kebenaran tersebtu yang selalu diusahkan dan dijaga ialah kebenaran dalam bertindak,berbuat,dan berpendapat. Sebab ketidakbenaran dalam hal itu akan langsung menjatukan nama baiknya sehingga orang tidak mempercayainya

 Berbagai Kepercayaan dan Usaha Meningkatkannya

Dasar kepercayaan adalah kebenaran.Sumber kebenaran adalah manusia.Kepercayaan itu dapat dibedakan atas:

1) Kepercayaan pada diri sendiri
2) Kepercayaan pada orang lain
3) Kepercayaan pada Tuhan
4) Kepercayaan pada pemerintah