Selasa, 19 April 2011

Manusia dan Pandangan hidup


Setiap manusia memiliki pandangan hidupnya masing-masing, ada yang memiliki cita-cita yang banyak, ada yang memiliki tujuan yang beragam dan lain-lain. namun bagaimana seseorang mempunyai cara untuk bisa menggapainya.
Pandangan Hidup umat manusia sepanjang sejarahnya mencatat banyak ragam pandangan hidup, baik yang dikenal sebagai filsafat maupun yang dikenal sebagai ajaran leluhur maupun yang dikenal sebagai agama/ajaran Tuhan.
Dalam Islam, pandangan hidup itu disebut aqidah (suatu keyakinan yang mengikat batin manusia). Karena mengikat batin maka aqidah menjadi pegangan hidup. Aqidah Islam memperkenalkan kepada manusia tentang Tuhan, tentang alam raya dan tentang makhluk manusia, di mana setiap individu termasuk di dalamnya.
Semua manusia secara naluriah mengenal dirinya dan alam sekitarnya sampai kepada alam raya. Secara naluriah manusia juga mengenal Tuhan (sekalipun dalam berbagai macam persepsi) dan pengenalannya itu saat menjadi keyakinan, memberikan pandangan hidup tertentu yang dijadikannya pegangan hidup bagi dirinya.
Pandangan hidup yang diajarkan Islam menjelaskan kepada manusia bahwa ke-HIDUP-an itu adalah sesuatu yang amat mulia dan amat berharga. Hidup yang dianugerahkan Allah kepada manusia merupakan modal dasar untuk memenuhi fungsinya dan menentukan harkat dan martabatnya sendiri.
Pada dasarnya kehidupan ini menyenangkan bagi manusia, karena bumi dan alam sekitarnya sudah dipersiapkan sedemikian rupa oleh Allah untuk mendukung kehidupan manusia. Ciri kesenangan inilah kemudian mendominasi pandangan hidup kebanyakan orang sehingga menjadikan “kesenangan” itu sebagai identifikasi dari kehidupan itu sendiri.
Secara filosofis adalah sebagai berikut. Filsafat merupakan pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Manfaat filsafat dalam kehidupan adalah :
1. Sebagai dasar dalam bertindak.
2. Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
3. Untuk mengurangi salah paham dan konflik.
4. Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.
Filsafat juga dilihat sebagai puncak perkembangan hidup dan kebudayaan seorang manusia.
Macam filsafat manakah yang harus seseorang miliki tergantung pada situasi dan karakter serta pendidikan seseorang. Menurut kata-kata Fichte, filsafat macam manakah yang diemban seseorang tergantung pada manusia macam manakah orang itu. Seorang filsuf hendaknya tetap terbuka terhadap realitas. Ia seharusnya profesional dalam bidangnya dan dalam hidup ini. Ia harus pandai menghadapi masyarakat dan mampu melihat setiap situasi secara positip dan matang. Dalam perjalanan sejarah filsafat kita melihat bahwa para pemikir betul berfilsafat mengenai lingkungan mereka. Para filsuf pra-Sokrates, yang pada umumnya adalah ahli-ahli kosmologi, (yang sekarang seharusnya dikelompokkan sebagai saintis) hanya berkecimpung dalam dunia mereka ini, karena hal ini dilihat sebagai pengetahuan dan pengalaman umum yang banyak di diskusikan orang. Mereka mempersoalkan asas atau prinsip (arche) yang menjadi dasar terjadinya segala sesuatu. Thales menyebut air sebagai asas dasar, Anaximander menyebut sesuatu yang tak terbatas (to apeiron), Anaximenes menyebut udara dan Heraklitus menyebut api sebagai asas, dan lain sebagainya.
Sokrates, Plato dan Aristoteles berfilsafat tentang manusia: keyakinan dan kebudayaan serta pandangan hidup, apa yang manusia tahu dan pikirkan dan apa yang mereka alami dan hidupi. Dialog Platonik atau tulisan-tulisan Aristoteles yang dihimpun dalam The Basic Works of Aristotle sungguh membenarkan ini. Seluruh ide dan karya berpikir mereka mencerminkan hidup dan pengalaman mereka sendiri dan pengalaman manusia pada umumnya.
Para filsuf sesudahnya juga berfilsafat tentang realitas yang mereka alami. Singkatnya seluruh filsafat berpikir paling kurang mencerminkan realitas hidup dan lingkungan hidup manusia sendiri.

Perlu kita sadari bahwa para filsuf adalah para pemikir. Mereka meluangkan banyak waktu untuk berpikir dan berefleksi. Dan berpikir dalam artian yang sebenarnya adalah berkonfrontasi dengan realitas konkret kehidupan kita. Dan karena itu para filsuf dari setiap era peradaban dan era berpikir dalam artian ini sudah berfilsafat secara kontekstual. Konteks hidup mereka telah menggerakkan mereka untuk berfilsafat. Ada banyak pemikir berfilsafat dengan mendasarkan diri pada konteks sosial ekonomis (seperti Karl Marx dan Adam Smith), ada yang berfilsafat dalam konteks politis (Habermas, Chomsky), konteks pengetahuan dan ilmu pengetahuan (Bachelaard, Foucault, Kuhn, Feyerabend), konteks psikologis (Nietzsche, Buber, Freud), konteks seni, moral dan etika, dan lain sebagainya. Maka saya menyimpulkan bahwa setiap manusia memiliki pandangan nya masing-masing tantang apa yang dijalaninya dalam hidup ini.tergantung sejauh mana pemahamannya mengenai kehidupan dan sejauh mana kita bisa menyelasaikan masalah-masalah dalam hidup ini dengan pandangan kita masing-masing tanpa merugikan siapapun.


Referensi :
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=10098
http://eputobi.net/eputobi/konrad/temp/filsafatdanberfilsafat.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar